Rabu, 01 Juli 2020

RINDU SAHABATKU

Seorang sahabat, yang ku nantikan kehadirannya dalam kehidupanku pada tgl 25/06/2020  pukul 15: 30 itu, terasa hatiku berdebar bahagia, dan sukacita. Namun begitulah, semuanya sirnah, di telan Lumpur hidup.

Dan kini, 5 hari telah berlalu. Tetap saja aku masih merindu. Rindu bercakap dengannya, rindu memeluknya, rindu bermain dengannya, juga rindu akan menanti memanggilku Bapa. Rindu yang coba kukabarkan pada langit, pada mentari, agar sejenak aku lupa. Namun, saat rindu itu mendera, betapa terasa perih di hati. Betapa sulit membendung tumpahnya air mata. Rindu yang kadang membuatku terdiam lama, menggenang air mata, atau menangis dalam sunyi, meski tak terlalu lama. 

Alm. Gil Wenda
Rindu yang membuatku sulit untuk memejamkan mata di malam hari, saat biasanya ia minta ditemani sebelum berangkat tidur. Rindu yang kadang membuat seluruh persendian terasa lemas tak bertenaga, sambil melihat salah satu potretnya. Rindu yang berakhir dengan kepasrahan dalam lantunan doa lirih 
seorang Ayah, “Tuhan, sampaikan rinduku padanya. Ijinkan suatu saat saya dapat bertemu, dan memeluknya lagi…”

Bersabarlah. Meski ia tak lagi ada, telah Tuhan takdirkan ia sekarang berlari-lari riang di taman Firdaus. Sembari menanti kedua orang tua yang dikasihinya. Hinga saat nanti kalian bertemu dengannya.

Saya tau 😥  saya harus bersabar. Tapi kadang tidak bisa. Ibarat saklar, yang  masih merasa on-off. Ya Tuhan saya mohon ampun padamu, jika hati ini kadang masih merintih perih serasa sembilu. Mencoba yakinkan diri, untuk menghibur hati. 
 
 jika rasa rindu itu tiba-tiba mengharu biru, semoga ini bukan berarti  tidak sabar. Jika kemudian saya masih saja meneteskan air mata saat rindu mendera, semoga ini bukan berarti  tidak ikhlas. Maka air mata biarkan menelusuri jalannya, biarlah tumpah saja  mengikuti takdirnya, seiring berseminya keikhlasan hati.

Semoga airmataku untuknya mampu menjadi penyiram iman, kenangan tentangnya senantiasa bersemat doa & kerinduanku padanya menjadi bingkai suatu saat aku dapat memeluknya (lagi).

G.W

Jumat, 26 Juli 2019

Separatis Berujung Pada Penghargaan



Telah dimuat pada www.jubi.co.id Pada Tanggal 19 Juli 2019.

Sejarah  adalah  Pengalaman terbaik menata kehidupan suatu bangsa yang lebih baik untuk anak cucunya dimasa yang akan datang. Tulisan ini  bukan untuk membenarkan dan atau mengajak.tapi bagaiman membuka pikiran untuk kita memahami kata “Separatis,”. Pengertian Separatis dalam Wikipedia adalah politik suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia. Kata ini dalam sejarah telah terbukti bahwa yang selalu disampaikan oleh pejabat Pemerintah pada suatu Negara yang berdaulat kepada kelompok yang berjuang untuk memisahkan diri.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia Ir.Sukarno (Presiden RI Pertama) dan Kawan-kawannya, pernah diberikan stigma Separatis oleh Penjajah Belanda. Sukarno juga pernah dipenjarahkan oleh Belanda di Ende Flores dan diasingkan dibuang ke Digul Papua karena di berjuang untuk  kemerdekaan Indonesia. Nasip yang sama juga dialami oleh Nelson Mandela (Mantan Presiden Afrika Selatan) diberikan stigma Komunis oleh kolonial penjajah Apartheid. Nelson Mandela dihukum dalam Penjarah selama 20 tahun di Roben Island.
Perjuangan Mohandas Karamchand Gandhi atau di kenal (Mahatma Gandhi), salah satu pemimpin spritual dan politikus dalam gerakan kemerdekaan India. Mahatma Gandhi yang berprovesi sebagai penasihat hukum  di kalah itu pernah dihujat oleh  penguasa Aparheid  ketika dia menjadi Penasihat hukum di Afrika Selatan dengan Sebutan “Coolie atau Sami” artinya pelayan atau pesuruh. Kisa Mahatma Gandhi juga dalam perjuangan kemerdekan India pernah dipenjarahkan selama eman tahun oleh penjajah Negara bagian British-India.
Fidel Castro dalam perjuangan melawan ketidakadilan sosial oleh pemerintah saat itu sehingga ia bersama kawan-kawannya menyerang barak militer di luar wilayah Santiago de Kuba pada tahun 1953, akhirnya dia dan beberapa temannya di tangkap dan di penjarahkan selama 15 Tahun, namun pada akhirnya ia menjadi Presiden Kuba pada tahun 1976.
Xanana Gusmao Presiden Pertama Timor Leste, pernah ditangkap dan dipenjarahkan selama 7 tahun oleh pemerintah Indonesia ketika berjuang untuk kemerdekaan Timor Leste. Jose Ramos Horta Salah satu tokoh yang paling berpenngaruh dalam perjuangan diplomatiknya untuk perjuangan kemerdekaan Timor Leste.

Benny Wenda Separatis?

Dalam posisi saat ini, “Ya” Benny Wenda adalah separatis karena dia memperjuangkan untuk  Kemerdekaan Papua Barat lepas dari pemerintah Republik Indonesia.  Ia bukan menciptakan sejarah Baru dalam perjuangan kemerdekaan suatu bangsa.  Dari pengalaman-pengalaman para pendahulu “Penjarah” menjadi  satu-satunya tempat yang empuk bagi mereka,  bahkan Benny sendiri sudah mengalami  pada Tahun 2002 dengan ancama hukuman selama 25 tahun penjara. Ia berhasil Keluar dari penjara Abepura, menyeberang ke Papua New Guinea kemudian mendapat Suaka politik ke Inggris. Benny Wenda  saat ini sebagai  Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP)
Pada penjalanan yang panjang Para separatis itu, penghargaan (Award), juga tidak luput dari keberadaan mereka. Nelson Mandela mendapat Nobel Perdamaian pada Tahun 1993. Xanana Gusmao  juga di berikan penghargaan Bintang Adipurna dari Pemerintah  Indonesia, dan Jose Ramos Horta dan Uskup Carlos Pilipe Ximenes Bello meraih Nobel Perdamaian Dunia pada Tahun 1996.
Fidel Castro juga meraih penghargaan Perdamaian Lenin tahun 1961, perdamaian penghargaan konghucu 2014, Penghargaan Nishan-e 2018, dan Gold Star Order 1982 dan  lain sebagainya.
Ir. Sukarno justru banyak meraih penghargaan sebanyak 26 Doctor Honoris Causa dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri, Lenin Peace prize, Chief Comander, Bintang Mahaputera Adipurna, sampai terakhir walaupun sudah meninggal Dunia, pada tahun 2005 diberikan ‘the Order of the Supreme Compions of OR Tambo’. Atas Jasa-jasanya.
Benny Wenda (Ketua ULMWP) pada tanggal 17 Juli 2019, meraih penghargaan “Oxford of the City Award” dari Dewan Kota Oxford, sebagai Peacefull Campaigner for democracy, atas sebuah perjuangan kampanye Damai terhadap penderitaan Rakyat Papua sejak berintegrasi dengan Republik Indonesia tahun 1962 sampai sekarang.

Pemerintah Tidak Perlu Menanggapi Berlebihan

Ada kabar gembira bagi separatis Papua Merdeka, karena Pemimpin ULWP mendapat  penghargaan dari dewan kota Oxford, tapi ada kecaman keras yang datang dari pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London atas keputusan Dewan kota Oxford.
Dalam pernyataan tertulisny melalui KBRI London “Diberikan kepada orang yang salah karena orang tersebut justru merupakan pelaku dan pendukung penggunaan kekerasan dalam menncapai tujuan politiknya”. Pernyataan seperti ini justru, Wibawa  kenegaraan itu membawa dalam sifat kekanak- kanakan. Dewan kota oxford bisa memberikan penghargaan seperti itu sudah tentu punya alasanan tersendiri tidak mungkin hanya asal-asal tanpa ada bukti.
Dikwatirkan penghargaan serupa akan muncul dari mana-mana kepada para Separatis Papua.  Karena sejak terbentuknya ULMWP pada tahun 2014 lalu, itu isu Papua semakin meningkat, di kanca Internasional, terutama di kawasan-pasifik selatan lobby diplomatik dan perang gerilya semakin tidak bisa dibendung dengan iming-iming kerja sama bilateral.
Sementara Rakyat kecil di Papua semakin dikucilkan, tidak berdaya, akses jurnalis dibatasi, Operasi terus berjalan di Kabupaten Nduga.

Pemerintahan Baru Jokowi- Maaruf menempati Janji Dialog Papua

Sebuah Pepata kata dalam sehari-hari, dari anak Kepada ayah atau ibu yang sedanng berpergian meninggalkan mereka di rumah pak/ mak Saya pesan e?. Kalau orang tuannya tidak membawah maka seorang anak menuntutnya. “Pak, Mak  mana Janji? Janji adalah Utang e?” artinya bahwa bahwa  janji mereka itu di kemudian hari harus tepati.
Dalam perjanjian Pemerintah Indonesia melalui Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sampai dengan dengan Presiden Ir.Joko Widodo (Jokowi), hanya janji diatas janji terkait penyelesaian konflik Papua melalui Dialog Damai.
Mengikuti jejak komitment Pemerintah Indonesia untuk berdialog dengan masyarakat Papua terungkap dalam Rapat kabinet Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY), di kantor Presiden tangga 9 Oktober 2011. Hal yang sama juga SBY sendiri menyampaikan kepada tiga pimpinan Gereja di Papua yaitu   Ketua Sinode GKI Tanah Papua, Pdt. Yemima Y Krey, S.Th, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Pdt. Dr.Socratez Sofyan Yoman, dan Ketua Sinode Kingmi Tanah Papua, Pdt.Dr. Benny Giay. Pada tanggal 16 Desember 2011 di Cikeas Jakarta.
Pada Tanggal 1 Januari 2012 Sejumlah tokoh-tokoh Gereja dari Papua yang di pimpin oleh Pdt. Lipiyus Biniluk, S.Th di Wisma Negara Jakarta Pusat telah disepakati upaya dialog yang intensif. Dari upaya-upaya ini Presiden SBY langsung menunjuk Wakil Presiden Boediono, Namun sayangnya dialog tidak terlaksana.
Di erah Pemerintahan  Jokowi, pertegas dalam acara Natal nasional tanggal 27 Desember 2014, “ Jokowi Ingin Berdialog dengan masyarakat di Papua, yang masih di hutan, yang masih di gunnung- gunung marilah kita membangun Papua sebagai Tanah Damai, marilah kita saling percaya di antara kita sehingga bisa bicara dalam suasana yang damai dan Sejuk”.
Pada tanggal 15 Agustus 2017 sejumlah Tokoh dari Papua menghadiri undangan Bapak. Jokowi di Istana merdeka Jakarta, telah menunjuk Almarhum Pastor Neles Tebay,  dan akan di bantu oleh Kantor Staf Presiden, Teten Masduki dan Menkopolhukam RI. Telah sepakati untuk menyelesaikan persoalan Papua Persektor.
Pemerintahan dierah Presiden SBY sampai dengan Jokowi, telah menunjukan tekad untuk menyelesaikan persoalan Papua  namun   hanya menggantung harapan  kapan dialog itu terlaksana.
Sebelum Pemilihan umum berlangsung Calon Wakil Presiden Nomor urut 1 KH, Ma’ruf Amin pun berjanji “Bersedia berdialog dengan para Tokoh Papua untuk menyelesaikan masalah-masalah keamanan di wilayah tersebut”. (Kompas 6/12/18).
 Dengan terppilihnya Jokowi-Ma’ruf pada periode kedua ini, harapan besar masyarakat Papua menyelesaikan konflik Papua sesuai dengan janji dan komitment yang sudah pernah terbangun.  Dengan adanya dialog rasa saling percaya antara pemerinntah pusat dan masyarakat Papua dapat  memperoleh cita-citanya untuk menuju Papua sebagai Papua Tanah Damai.

=====================SEMOGA===================

Sabtu, 14 Juli 2018

Pemerintah Harus Konsisten Terhadap Janji Dialog Papua


Rakyat Papua menginginkan Presiden Jokowi segera mendorong rencana Dialog antara rakyat Papua dan pemerintah Indonesia. Kilion Wenda, pemerhati sosial dan anggota Departemen Hukum dan HAM Persekutuan Gereja- Gereja Baptis Papua menyorotinya dalam Bergelora.com. (Redaksi)

 

Oleh: Kilion Wenda

Telah dimuat. bergolora.com, Pada Tanggal 4 Juli 2018.

 

TANAH Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah sebanyak madu, adalah harta harapan. Tanah Papua tanah leluhur, di sana aku lahir. Bersama angin bersama daun, aku di besarkan. Hitam kulit keriting rambut, aku Papua. Hitam kulit keriting rambut, aku Papua. Biar nanti langit terbelah, aku Papua. Lirik lagu karya Frangky Sahilatua. Belakangan menjadi populer terus dinyanyikan oleh salah satu penyanyi dan aktor film nasional Ehud Edward Kondologit disapa akrab Edo Kondologit.

Mendengar dan membaca lirik lagu ini sangat menggugah hati, memperlihatkan gambaran keindahan yang dijuluki sebagai pulau surga (Island of Paradise). Keindahan alam yang luar biasa menjadi tempat yang unik. Tanah yang kaya ini dari nenek moyang turun temurun telah di tempatkan bagi Orang Asli Papua (OAP). Sebagaimana daerah-daerah lain di atas bumi ini mereka di tempatkan sesuai dengan gaya budaya bahasa, ras dan warna kulit masing-masing.

Tanah Papua yang kaya ibarat surga kecil yang jatuh ke bumi menunjukan sumber daya alam dan kehidupan bagi penduduk Asli Papua berkulit hitam dan rambut keriting, hidup dan menetap di negeri yang kaya ini. Tanah Papua terbagi dalam tujuh wilayah adat yaitu. HaAnim, Tabi/Mamta, Laapago, Meepago, Saireri, Domberai dan Bomberai. Mereka ditempatkan sesuai dengan, sub-sub suku berdasarkan marga, hampir 270-an bahasa dan ekspresi kebudayaan dengan kekayaannya masing-masing.

Papua mulai memasuki babak baru antara surga dan naraka, ketika berintegrasi bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1969 melalui sebuah referendum yang disebut Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA). Dalil pemerataan pembangunan dalam rencana pembangunan lima tahun (REPELITA) pada masa orde baru, pemerintah melancarkan transmigrasi secara terencana, terstruktur dan masif di seluruh Tanah Papua. Semua kekayaan nan indah itu, mulai beralih fungsi ke tangan koloni baru.

Orang Asli Papua (OAP) sebagai pemilik tanah dan negeri ini hanya menonton tanpa berbuat apa-apa. Mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) Papua tanpa kompromi dengan hadirnya perusahaan-perusahaan raksasa seperti PT Freeport Indonesia di Timika, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Merauke, Kilang minyak LNG tangguh di Teluk Bintuni, Kilang minyak Pertamina RU VII Kasim di Kota Sorong, perkebunan kelapa sawit, ilegal loging, dan ilegal fishing di seluruh tanah dan perairan laut di Papua.

Orang Asli Papua menuntut hak-hak atas sumber dayanya. Pemerintah Indonsia mencurigai separatis, makar, gerakan pengacau keamanan (GPK), gerakan pengacau liar (GPL), kelompok kriminal bersenjata (KKB), organisasi Papua merdeka (OPM) menyebabkan banyak orang yang menjadi korban atas harta dan nyawa di atas tanah dan negeri mereka sendiri. Hak asasi manusia seakan tidak berlaku bagi OAP.

Pemerintah Indonesia berupaya, dengan berbagai Undang-Undang, Keputusan, Peraturan untuk, membangun tanah Papua. Belakangan juga dikeluarkan beberapa Daerah Otonomi Baru (DOB). Sayangnya nasib OAP semakin tertinggal di segala bidang. Pelanggaran HAM terus terjadi, banyak yang tangkap dibunuh, dihilangkan, dipenjarahkan demi pembangunan nasional. Masalah-masalah ini sangat sulit untuk terurai ibarat sebuah benang yang sudah terlingkar, tidak tahu dari mana memulainya.

Otsus Sebagai Jawaban?

Untuk menjawab semua masalah-masalah di tanah Papua, pemerintah Indonesia memberikan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Undang-Undang ini telah mendapat sambutan positif dari sebagian elit Papua dan komunitas Internasional, bahwa pemberlakukan Undang-Undang Otsus ini sebagai jawaban, dan Papua tetap bagian dari Indonesia. Dinilai bahwa Undang-Undang ini sebagai jalan tengah untuk mendamaikan demi masa depan OAP di dalam Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya. Otsus sebagai jaminan akan perbaikan dan peningkatan kesejahtraan bagi OAP.

Walaupun Undang-Undang Otsus ini sebagai jawaban atas semua masalah. Namun ada kejanggalan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan sengaja. Beberapa pasal-pasal krusial terus dipaksakan, seolah untuk mempercepat marginalisasi bagi OAP. Undang-Undang otsus pasal pasal 3 dan 4 tentang pembentukan pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) atas usul pemerintah Provinsi Papua, namun terus dipaksakan dengan dikeluarkannya keputusan presiden (KEPRES) No 1 tahun 2001 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat kini Papua Barat. Padahal beberapa kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Papua.

Setelah penderitaan panjang sejak Papua berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1969 sampai 2001, Undang-Undang Otsus ini diberlakukan sebagai jawaban atas perlindungan, keberpihakan dan pemberdayaan bagi OAP di berbagai sektor kehidupan dan pembangunan.

Dengan Undang-Undang Otsus dan Pemekaran DOB, akan ada banyak uang yang beredar sehingga membuat kreatifitas dan kemandirian Orang Asli Papua yang sudah ada sejak kita dilahirkan hidupnya mulai menjadi ketergantungan. Lahan mata pencaharian hilang. Pola hidup manusia yang berbudaya menjadi manusia modern mengakibatkan hilangnya bahasa local dan kebudayaan lokal. Arus transmigrasi dan urbanisasi akan tidak terkontrol mengakibatkan yang lemah tetap tidak berdaya.

Jalan Dialog Menemukan Solusi

Sekalipun Otsus dan DOB sebagai Jawaban. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui penelitiannya oleh Alm. Dr. Muridan S Widjojo dkk menerbitkan sebuah buku “Papua Road Map: Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future” telah menemukan empat akar masalah utama: Pertama, Sejarah intergasi Papua dalam Indonesia dan Status politik Papua, Kedua, Operasi militer menyebabkan pelanggaran HAM di tanah Papua sejak 1965 sampai sekarang. Ketiga, Marginalisasi/tersingkirkan, karena pembangunan yang dilancarkan oleh pemerintah Indonesia tanpa melibatkan OAP. Keempat, Kegagalan pembangunan, dalam hal ini pembangunan SDM bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat bagi OAP.

Empat akar persoalan Papua menurut penelitian LIPI kalau dilihat, saling kait mengkait dari yang pertama mengakibatkan muncul masalah kedua dan ketiga hingga masalah keempat. Maka proses penyelesaian harus menyeluruh dan tidak parsial. Pemerintah Indonesia harus mengakui masalahnya dan kesalahannya terhadap proses Integrasi Papua ke dalam Indonesia. Indonesia juga harus mengakui atas pelanggaran HAM di tanah Papua, dan perlu ada upaya rekonsiliasi dengan OAP berkaitan dengan kekerasan dan pelanggaran HAM. Menangkap dan mengadili pada pelaku kejahatan. Juga harus mangakui bahwa kegagalan pembangunan dan kesejahteraan bagi OAP.

Hal yang perlu dilakukan antara pemerintah Indonesia dan OAP adalah melalui jalan Dialog. Menyepakati isu-isu yang mau didialogkan, mekanismenya, pesertanya dan tentukan siapa yang memfasilitasi. Sehingga dalam proses penyelesaikannya secara damai bermartabat, dan menyeluruh tanpa kekerasan. Dalam proses dialog juga tidak saling meenyalahkan antara pemerintah Indonesia dan OAP, tidak saling menguntungkan antara satu pihak dengan pihak yang lain.

Komitmen pemerintah untuk berdialog dengan masyarakat Papua, telah terungkap dalam rapat kabinet Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY), di Kantor Presiden 9 Oktober 2011 lalu. Presiden SBY mangatakan “Dialog antara pemerintah pusat dan saudara kita di Papua itu terbuka, kita mesti berdialog, dialog terbuka untuk mencari solusi dan opsi mencari langka yang paling baik selesaikan masalah Papua”

Hal yang serupa juga diungkapkan ketika tiga pimpinan gereja-gereja di Papua. Pdt. Jemima J Krey, (ketua sinode GKI tanah Papua), Pdt, Dr. Benny Giay (Ketua Sinode Kingmi Papua) dan Dr, Socratez Sofyan Yoman ( Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua) pada tanggal 16 Desember 2011 di Cikeas Jakarta.

Dalam pertemuan itu tiga pemimpin gereja menyampaikan sejumlah persoalan yang terjadi di tanah Papua dan menawarkan solusi dialog yang difalisitasi oleh pihak ketiga yang netral. Sebagai tanggapan waktu itu menurut Presiden SBY, pendekatan keamanan sudah lewat, harus di mulai dengan pendekatan dialog.

Selanjutnya sejumlah tokoh gereja dari Papua pada tanggal 1 Februari 2012 bertemu Presiden SBY di Wisma Negara Jakarta telah disepakati upaya untuk mendorong dialog yang intenaif dengan berbagai unsur di Papua. Para tokoh-tokoh gereja antara lain Pdt. Lipius Biniluk, Yan Pieth Wambrauw, Isai Dom, Ronaldly Rionaldo Waromi, Theopilus Maupa, Daniel Sukan, Wilem Yance Maury, Dorman Wandikbo, Pastor Neles Tebay, Obetnego Maurim, Yulianus Warabay, Mathias Sarwa, Maurits Rumbekwan. Dalam pertemuan tersebut Presiden menunjuk Wakil Presiden waktu itu Budiono untuk memajukan dialog dengan sejumlah unsur di Papua.

Dalam pertemuan para pimpinan agama yang pertama maupun kedua dengan dengan para tokoh agama Papua ini memperlihatkan komitmen dan konsistensi atas penyelesaian masalah sudah terlihat. Kata dialog yang sebelumnya tabu, mulai bicarakan oleh semua elemen pemerintah di tingkat pusat maupun daerah, lembaga- lembaga LSM, dan masyarakat internasional. Sayangnya penunjukan terhadap Wakil Presiden Boediono dialog tidak dapat terlaksana.

Di erah kepemimpinan Presiden RI Ir. Joko Widodo (Jokowi), mulai dipertegas lagi, ketika menghadiri acara natal nasional di lapangan Mandala Jayapura 27 Desember 2014. Jokowi mengatakan ingin berdialog dengan masyarakat Papua dan membangun provinsi ini, “Yang masih di dalam hutan, yang masih di atas gunung-gunung, marilah kita bersama sama membangun Papua sebagai tanah damai. Marilah kita saling pelihara rasa saling percaya di antara kita sehingga kita bisa berbicara dalam suasan yang damai dan sejuk,” kata Jokowi.

Konsisten Pada Komitmen

Komitmen Pemerintah untuk dialog mulai ada titik terangnya ketika pada tanggal 15 Agustus 2017 sejumlah tokoh dari Papua menghadiri undangan Presiden Jokowi di istana merdeka Jakarta. Dalam pertemuan itu Jokowi telah menunjuk. Pater Neles Tebay, akan di bantu oleh Teten Masduki, dan Wiranto untuk mengurus dialog persektor. Artinya bahwa dialog sektoral ini akan dilaksanakan di bawah kontrol Presiden Jokowi sendiri.

Dengan Penunjukan Pater Neles Tebay (Koordinator Jaringan Damai Papua) dan di bantu oleh Menkopolhukam dan kepala kantor staf presiden (KSP), ini menunjukan konsistensi Pemerintah atas sejumlah persoalan harus diselesaikan. Diantaranya sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan hidup, kebudayaan, penyelenggaraan pemerintahan, hukum dan HAM, keamanan, sejarah status politik Papua. Untuk menunjukan kominten dan konsistensinya ini Dialog Sektoral sudah harus dimulai.

Komitmen itu mudah diucapkan, namun lebih sukar untuk melaksanakan dengan penuh pertanggungjawaban. Komitmen itu sering dikaitkan dengan tujuan. Sehingga konsistensi pemerintahan pemerintah perlu dipertanyakan kapan dialog sektoral dimulai. Sebab sejak penunjukan tiga orang untuk mengurus dialog sektoral sejak 15 Agustus 2017 lalu sampai sekarang, sisa satu bulan ke depan akan menjadi satu tahun belum ada tanda-tanda niat baik dari pemerintah.

Pemerintahan presiden era Susilo Bambang Yudoyono sampai Presiden Joko Widodo, telah menunjukan komitmen untuk menyelesaikan persoalan Papua. Namun konsistensi untuk mengawal janji yang diucapkannya seolah semacam gula-gula manis habis di mulut. Sangat diharapkan kepemimpinan Presiden Jokowi pada periode yang pertama hanya dalam hitungan sisa waktu beberapa bulan kedepan dialog sektoral sudah harus di mulai, sebelum mengakhiri masa jabatannya. ‘Semoga’.

Selasa, 12 Juni 2018

Sudakah Orang Asli Papua Menjadi Tuan di Negeri Sendiri?

Koran Tabloidjubi.com Edisi 11-12 Juni 2018

Oleh. Kilion Wenda
Ada ternak kelinci di pinggir rumah atau pekarangan rumah. Kelinci ini dibuat kandang oleh tuannya dan dikurung dengan baik supaya ternak hewan ini tinggal didalam. Tuannya berusaha memberikan makanan daun-daunan atau makanan yang bisa di makan kelinci. Bisa saja tuannya lupa memberikan makanan ternak ini sewaktu-waktu sehingga kelinci ini menjadi kurus  dan mati dalam kurungan di kandangnya itu.
Hampir seluruh masyarakat Pegunungan Tengah Papua, rata-rata petani dan peternak babi sehingga sudah tahu pasti membutuhkan perawatan dan pemeliharaan. Salah satu ternak Babi adalah kandang (tempat tinggal babi) dalam satu honai.  Dalam satu honai itu dibuat petak-petakdibatasi dengan papan atau kayu penyangga sesuai dengan besar kecilnya ukuran babi. Jadi babi dari kotak yang satu tidak bisa pindah ke kotak yang lain, karena dibatasi dengan papan dan tiang pemisah dan penyangga. Bahkan babi dari kotak sebelah menggonggong babi yanng berada di kotak sebelah. Dan juga seringkali saling cakar dengan kuku dan gigi mereka. Tidak pernah saling bertemu bahkan kadang- kadang moncong atau hidung  babi itu terluka karena terkena kayu  yang di batasi mereka.
Maksudnya orang-orang asli Papua dikurung dalam Provinsi dan Kabupaten supaya seperti burung dalam sangkar itu tidak bebas menikmati alam bebas nan indah di Papua Barat ini.
Sebuah ilustrasi yang disampaikan dalam buku: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah kebisuan dan sejarah kekerasan di Papua Barat. Di tulis oleh DR.Socratez Sofyan Yoman, terbitkan oleh Galang Pers pada Tahun 2007. Namun setahun kemudianbuku  ini dilarang  beredar oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia, dengan surat penyitaan Kejaksaan Agung Republik Indonesia Nomor. Kep-052/A/JA/06/08 tertanggal 20 juni 2008.(Kompas 8 agustus 2008).
Harus diakui bahwa buku ini didilarang dan ditarik dari peredaran karena menjadi ancaman bagi pemerintah Republik Indonesia, namun jadi pelajaran berharga bagi bangsa dan rakyat di tanah Papua (Dalam tulisan ini, nama Papua mencakup Provinsi Papua dan Papua Barat). Ambil sebuah gambaran pemekaran Provinsi dan Kab/Kota di Tanah Papua diibaratkan orang Papua dalam kandang kelinci, dan kandang kurungan ternak babi. Mendengar dan melihat penyebutan nama jenis binatang tersebut, maka sudah pasti cara perpikir dan konsentrasi akan terganggu. Namun perlu mengambil hikmah dibalik ini. Sudah di nubuatkan oleh seorang pelayan umat ini, dan melihat dengan mata rohani, kekhwatiran ini mengumandangkan dikemudian hari orang Papua akan menghadapinya.
Sebagian para elit politik Papua sendiri berjuang untuk pemekaran Daerah Operasi Baru (DOB) Provinsi dan Kab/Kota di Tanah Papua untuk mempercepat pembangunan dan kemajuan di tanah Papua. Terbentuknya Provinsi Papua Barat dari Provinsi Papua dan beberapa Kabupaten/Kota di Tanah Papua. Setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar, era globalissi, erah keterbukaan, dan erah demokrasi dewasa ini terlihat dengan jelas.kita telah di kotak-kotakan/dikurung dalam satu daerah masing- masing.
Ada juga nilai positifnya dari bahwa, dengan adanya pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB). lapangan pekerjaan terbuka luas, akses transportasi yang dulunya ditempuh dalam jangka waktu yang lama kita hanya bisa tempuh dengan hitungan waktu yang sangat cepat. Tehknologi dan Informasi sangat mudah, banyak yang mempunyai rumah mewah, kendaraan mewah dari tingkat daerah sampai di tingkat Pusat.
Dari nilai positif ini, ada nilai negatif yang sedang dan akan mengalami bagi orang Asli Papua. Artinya bahwa pemekaran ini logikanya akan dibalik dari nilai positifnya bahwa, dengan adanya pemekaran akan ada banyak uang yang beredar, membuat kreatifitas dan kemandirian yang sudah ada sejak kita dilahirkan akan hidup menjadi ketergantungan, lahan dimana tempat mata penharian hilang, pola hidup manusia yang berbudaya menjadi manusia modern mengakibatkan hilangnya bahasa lokal, kebudayaan lokal. Menyadari juga bahwa arus transmigrasi dan urbanisasi akan tidak terkontrol mengakibatkan yang lemah tetap tidak berdaya.

Menjadi Tuan di  Negeri Sendiri
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Bab IV Pasal 4 Ayat 1, berbunyi:“Kewenangan Provinsi Papua mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, Kecuali politik luar nege,Pertahanan Keamanan, Moneter dan Fiskal, Agama, dan Peradilan serta kewenangan tertentu dibidang lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Benar-benar memberi semangat yang luar biasa bagiorang asli Papua untuk menjadi tuan di negeri sendiri, di sektor, pendidikan, ekonomi, birokrasi pemerintahan untuk di kuasai oleh orang asli Papu sendiri.
Seluruh Provinsi di negara Kesatuan  Republik Indonesia (NKRI) yang tercinta ini, hanya ada dua Provinsi  yaitu: Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Papua(kemudian Provinsi Papua dimekarkan menjadi Papua dan Papua Barat) dengan status Otonomi Khusus (Otsus), sedangkan Provinsi Yogyakarta diberikan keistimewaan menjadi Derah Istimewa. Sementara yang lain tidak namun menelusuri provinsi-provinsi yang tidak berikan status khusus dan istimewa ini lebih menjadi tuan di negeri sendiri dari pada  provinsi Papua dan Papua Barat yang ada status khusus ini.
Kongkrit adalah Provinsi Sulawesi Utara (sultra) khususnya di Ibu Kota Manado. Disemua  sektor, Pendidikan: Dari pimpinan sekolah, perguruan tinggi negeri dan swasta sampai dengan stafnya adalah orang Manado. Sektor Ekonomi: mall, supermarket, bank-bank, hotel-hotel dari pimpinan sampai stafnya orang Manado, sopir-sopir taksi juga orang Manado. birokrasi pemerintahan:  Dari sekda, kepala- kepala dinas, camat, kepala desa sampai RT/RW adalah orang Manado. Bahkan orang-orang Manado sendiri  punya lembaga adat yang mengawasi keamanan mereka yang di sebut “Laskar Manguni”. Kecuali jabatan Kapolda, Pangdam, Kejari, Kemenag secara hirarki ditentukan oleh pusat. Dengan kenyataan ini, mereka telah menjadi tuan di negeri mereka sendiri.
Sedangkan Papua dengan status Otsus, apakah telah menjadi tuan di negeri sendiri?. Dari fakta di Provinsi Sulawesi Utara ini, kita melihat kembali kondisi objektif di tanah Papua. Ada beberapa pertanyaan. Berapa banyak orang asli Papua sudah mepunyai, mall, supermarket,hotel berbintang, pengusaha, sopir-sopir taksi? Berapa banyak orang asli Papua yang menjadi karyawan bank-bank daerah dan nasional (bank Papua, bank Mandiri, bank BNI, bank BCA,dll) di Tanah Papua?, Berapa banyak orang asli Papua sebagai pimpinan dan karyawan bandara udara (Air port) di Seluruh tanah Papua?, Berapa banyak orang asli Papua jadi pegawai negeri sipil (PNS)/aparatur sipil negara (ASN) di seluruh tanah Papua?. Berapa banyak orang asli Papua yang menjadi kepala sekolah,(dasar dan menengah)?, berapa banyak orang asli Papua yang menjadi pimpinan sampai dengan stafnya di perguruan tinggi negeri dan Swasta (PTN dan PTS) di tanah Papua?. Kenapa bukan orang asli Papua jadi Bupati dan Wakil Bupati, Ketua dan Anggota DPR, Sekretaris Daerah, Kepala Distrik, pegawai negeri Sipil (PNS)/Aparatur Sipil Negara (ASN, dan kepala kampung di seluruh tanah Papua?
Dari sejumlah pertanyaan dan kenyataan yang ada di depan mata mengantar diri orang asli Papua  menjadi kuli di negerinya sendiri.

Bersama Mewujudkan Papua Tanah Damai
Sambungan Koran Tabloidjubi.com Edisi 11-12 Juni 2018
Secara bersama kita harus mengakui bahwa sejumlah persoalan yang sudah disebutkan tersebut adalah sebuah kenyataan yang ada di depan mata kita. Kita tidak bisa melihat dengan sebelah mata, melupakan dan atau mengabaikan persoalan itu terus terjadi. Papua tanah Damai telah di canangkan sebagai visi bersama masyarakat yang hidup di tanah Papua. Pencanangan visi Papua Tanah Damai ini ditegaskan kembali dalam perayaan 158 tahun pekabaran injil di tanah Papua. Pada hari kamis 5 februari 2013 di lapangan Mandala Jayapura oleh semua pimpinan agama, semua pimpinan paguyuban- paguyuban, Gubernur Provinsi Papua, dan Kapolda Papua sebagai hari Papua Tanah Damai.
Papua Tanah Damai merupakan visi dan masa depan bersama, dan Harapan bersama semua orang yang hidup di tanah Papua. Papua tanah Damai merupakan suatu tatanan ideal  yang  harus di perjuangkan bersama oleh semua pihak yang berkepentingan. Papua tanah damai mengandung sepuluh nilai dasar: Keadilan dan Kebenaran, Partisipasi, Rasa Aman dan Nyaman, Harmoni dan Keutuhan, Kebersamaan dan Penghargaan, Pengakuan dan Harga Diri, Komunikasi dan Informasi Yang Benar, Kesejahtraan, Kemandirian, dan Kebebasan.
Dengan nilai-nilai dasar ini semua orang yang hidup di tanah Papua secara bersama-sama menyadari pentingnya keterlibatan sejumlah kelompok- kelompok untuk mewujudkan Papua sebagai Tanah Damai yaitu: Pertama. Orang Asli Papua (OAP) sendiri sebagai korban langsung dari berbagai  undang- undang, kebijakan, peraturan, keputusan yang berlaku untuk tanah Papua.
Kedua.Masyarakat Papua yang datang dari berbagai latar belakang, dan kepentingan dari berbagai daerah di Indonesia, hidup dan menetap menetap di seluruh tanah  Tanah Papua.
Ketiga. Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Distrik,  Kelurahan/Kampung sampai di tingkat yang paling rendah RT dan RW  yang  adalah membuat dan menjalankan pemerintahan di seluruh tanah Papua.
Keempat. Pemerintah Pusat (Preasiden), jajaran kementrian dan lembaga di Jakarta selaku pembuat Undang- undang, Peraturan, dan Keputusan, untuk  menjalan di seluruh Tanah Papua.
Kelima. Kepolisian Rebublik Indonesia (POLRI), memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat Indonesia termasuk di Tanah Papua.
Keenam. Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang menegakan kedaulatan negara, mempertahankan  keutuhan  wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman luar, termasuk wilayah di tanah Papua.
Ketujuh. Pengusaha-pengusaha, lokal, nasional dan internasional yang mengelola dan mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di seluruh tanah Papua.
Kedepalan. TPN/OPM yang ada di hutan rimba seluruh tanah Papua, memperjuangkan keadilan dan perdamaian sejati. Untuk memperjuangkan Papua Merdeka secara hukum danpolitik, pisah dari negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).
Kesembilan orang asli Papua yang  hidup dan menetap di luar negeri (diaspora), seperti di Papua New Guinea, Autralia, Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan belahan dunia lain diseluruh dunia. Mereka telah mengasingkan diri  di luar negeri hanya untuk memperjuangkan Papua Merdeka. Mereka juga gencar melobi dan mengkampanyekan kemerdekaan Papua, di tingkat masyarakat Sipil, politik dan pemerintahan di luar negeri.
Untuk saling berbagi cinta dan rasa dalam upaya mejuwudkan Papua sebagai Tanah Damai, ke sembilan aktor tersebut perlu dilibatkan dalam suatu ruang dialog. Mengedepankan sepuluh  nilai dasar tadi. Membahas masalah- masalah dan menentukan solusi secara bersama, sesuai dengan kepentingan di sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi (mikro dan makro), lingkungan hidup, penyelenggaraan pemerintahan, keamanan, hukum dan hak asasi manusia, status politik Papua, dan sejarah  integrasi Papua ke dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia. “Selamat membaca”


Artikel ini telah di Publikasih oleh Tabloidjubi. Edisi 11-12 Juni 2018

Selasa, 22 Mei 2018

Bersama Memerangi Radikalisme di Tanah Papua

Kilion Wend Pemerhati Sosial tinggal di Waena Jayapura

Hari minggu 13/05/18 seantero nusantara ini dikagetkan dengan sebuah Bom bunuh diri tiga  Gereja yaitu: Gereja Katolik Santa Maria jln. Ngegel, Gereja GKI .Jln Diponegoro dan Gereja Pantekosta. Jln. Arjuna di Surabaya, Provinsi jawa Timur, kompas 13/05/18. Telah menewaskan beberapa orang tak berdosa yang sedang menggelar ibadah hari minggu dan korban luka-luka lainya yang harus di larikn ke rumah sakit untuk mendaatkan pertolongan. Dalam aksi ini juga telah mengalami kerugian harta benda.
Sebagai orang beriman dalam Agama Kristen Protestan dan Katolik  juga  agama toleran lainya seperti Islam, Hindu, Budha dan Konghucu di Indonesia mengecam dan menggelar aksi serentak dengan cara demonstrasi, tanda tangan, pemasangan lilin,  membuat pertanyaan sikap bersama dll.
Bukan haya sampai disitu tapi keesokan harinya 14/05/18 dengan motif yang sama bom bunuh diri di depan Mapolresta Surabaya,dan tanggal 16/05/18 terjadi juga penyerangan bom bunuh diri di Mapolda Riau. Dalam aksi ini mengorbankan beberapa anggota Kepolisian Republik Indonesia tewas di tempat.
Tindakan bom bunuh diri ini, banyak kalangan dari pemerintah sampai masyarakat menduga kuat aksi terorisme dari kelompok radikal yang melatarbelakangi ajaran salah satu agama yaitu Islma di Indonesia, bisa benar tapi bisa juga tidak karena ada sebagian organisasi dari agama islam menolak dan mengutuk tindakan radikalisme ini.
Pasca peledakan bom tiga Gereja, Mapolresta Surabaya dan Mapolda Riau mencuak kewaspadaan dan diperketat keamanan di tempat-tempat keramaian, tempat- tempat ibadah, kantor-kantor pemerintah, markas kepolisian dan TNI untuk mengantisipasi bom susulan. Kewaspadaan itu sangat penting karena untuk mengantisipati keamanan pribadi dan kelompok.

Nilai Mannusia Sama di Mata Tuhan.
Harian Cenderawasih Pos Edisi 23 Mei 2018
Di Papua semua agama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha berasal dari luar, tidak ada agama suku yang lahir dan terus berkembang dari Papua ke daerah lain, kecuali agama/ajaran lain yang datang ke Papua dengan latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda.
Kita mengakui bahwa semua agama itu datang dari luar. nilai saling memberi, saling menghargai, saling membagi itu sudah melekat secara turun temurun sejak dahulu kala. Sehingga  begitu agama-agama  ini di bawah oleh para Missionaris dari belahan dunia Eropa, Amerika, Asia, dan Australia. Orang-orang Papua tidak berpikir panjang langsung menerima ajaran agama-agama tersebut karena ada pesan-pesan perdamaian, keselamatan, dan harapan. Sudah tentu semua agama punya harapan dan keselamatan. Tidak ada agama yang tidak punya  harapan dan keselamatan.
Semua agama mempunyai “Tuhan” tidak ada agama yang tidak bertuhan. Dalam ajaran Kristen Protestan “Allah berfirman: Marilah  kita menjadikan Manusia menurut gambar dan rupa kita (Kejadian 1:26)”. Dengan mendasari  ini maka yang paling terpenting  adalah nilai manusia sebab manusia itu di ciptakan manurut gambar dan rupah Alla “Tuhan”. Agama kristen meyakini bahwa semua manusia sama nilainya.
Sudah pasti agama yang lain juga sesuai keyakinan masing-masing namun nilai manusia adalah sama. Setiap orang  hidup tanpa diskriminasi, manusia juga di lengkapi dengan akal budi, kehendak, dan cita rasa sebagai mahkluk sosial. Manusia juga mempunyai modal untuk berdialog dengan sesama dan patut memdapatkan penghormatan dan penghargaan sebagai ciptaan Allah.

Hidup Bersama Dalam Kemajemukan
Salah satu tantangan dan kenyataan menjadi konsekwensi yang harus dihadapi adalah kemajemukan masyarakat Papua. Kenyataan ini tidak bisa dihindari, dibatasi atau ditolak tapi kita harus mengelola dan memaknai sebagai kehidupan bersama. Di Tanah Papua bukan hanya berbicara mengenai Toleransi beragama, tapi Pluralisme sangat penting untuk kita akui, hargai dan di bicarakan dalam kehidupan yang beragam ini.
Berbagai macam suku, budaya, bahasa, adat-istiadat yang ada di Indonesia hampir seluruhnya ada di Tanah Papua. Yang dapat mempersatukan kita untuk saling berinteraksi, antara satu dengan yang lain harus mengakui dan sadari bahwa bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang pemersatu.
Kita secara bersama-sama membangun tali kasih persaudaraan, dengan mengedepankan nilai  kemanusiaan untuk memerangi ajaran-ajaran radikalisme yang memecah belah kerukunan dan keberagaman yang sudah terbangun di Tanah Papua. Semua orang boleh berbeda keyakinannya, Harapannya dan tujuannya, tapi fakta saat  ini bahwa kita bersama-sama menikmati keindahan dan kekayaan alam di Tanah Papua.

Artikel ini  bisa di temukan  juga  di sosuntuktanahpapua.org

Selasa, 28 November 2017

happy birthday, Untuk Yang Kamu Disana


Semangatkanlah harimu ya sayang!. semoga hari ini membahagiakanmu. Bagaimana keadaanmu sejak 23 mei 2016 lalu hingga hari ini? Semoga selalu menyenangkan ya!!
Tindakan yang tepat selalu diawali dengan berpikir yang jernih dan bijaksana. Banyak kebahagiaan yang ada disekitar kita, tapi kita mengabaikannya karena terlalu mengajar yangg belum ada. Syukuri apa yang kamu miliki anaku.
Doakanlah, yang masih kau rindukan hingga kini. Ayah yang selama ini telah ada dalam hatimu. Jangan berkeras hati. Ambillah pelajaran positif dari kegagalanmu dari orang lain. Agar masa depan tak lagi sulit dihadapi
Sekali lagi, nasihat untukmu, walau kamu tak dibutuhkan saat ini. Tapi simpanlah, kelak akan berguna ayah tak pernah tahu kapan akan kami bertemu. Untuk itu melakukan yang terbaik di duniamu saat ini.
Jangan bersedih nak. Karena kamu belum sempat ungkapkan keluh kesahmu di hadapan ayah dan ibu ketika itu. 
Sungguh betapa ayah dan ibu mencintamu, Kebaikan seorang ayah lebih tinggi dari pada gunung dan kebaikan seorang ibu lebih dalam dari pada dasar laut.
Kasih yang tak pilih kasih, sayang yang tak berpenghalang, cinta yang tak pernah pudar, siapa lagi kalau bukan AYAH dan IBU.
Seandainya hari ini kamu masih ada, Pacarmu Mencintaimu dari mata sampai ke hati, namun Ibu Mencintaimu dari hati rahim, Bahkan Sejak sebelum mengetahui bagaimana rupa dan bentukmu.
Hari yang indah adalah hari dimana kita dapat membuat ibu yang melahirkan kita tersenyum bangga akan apa yang sudah kita dapat dan kita lakukan
Maukah kau tau siapa yang mencintaimu dan akan terus mencintaimu selamanya walau telah kau berada di duniamu? Orang itu adalah ayah dan ibu.
Hal yang dapat membuat hati orang tua bahagia bukanlah Harta tapi berkat seorang anak. Kasih sayang yang tanpa mengharapkan balasan serta tak akan terbalas adalah kasih sayang orang tua.
Orang tua akan selalu berusaha membahagiakan anaknya, walaupun mungkin itu mengorbankan kebahagianya sendiri

Ayah mampu menepis air matanya karena Tuhan memberi bahu yang kuat untuk menopang kesedihan kepada anaknya, walaupun berada dalam dunia yang berbeda.
Cinta seorang ibu itu menenangkan, cinta seorang ayah itu menguatkan Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.
Sebuah pepatah, hidup harus terus berlanjut, tak peduli seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yg menjadi obat.
Hanya orang-orang dengan hati damailah yang boleh dan bisa menerima kejadian buruk dengan lega serta lapang dada.
Setiap berkat yang dipetik hari ini, akan menjadi penyelamat dari ujian-ujian hidup yang hadapi di esok hari.
Ketika kau bertemu dengan Sang Pencipta, engkau akan berbisik kepada-Nya. Untuk selalu memberikan kekuatan dan ketabahan kepada orang yang engkau tinggalkan. Karena kamu mencintai ayah dan ibu
Apakah kamu ingat ketika tanggal 24 april 2016 silam? Ibumu menahan sakit dan nyawa ibumu menjadi taruhan.
Apakah kamu ingat? ketika Ayah mendengar tangisan awalmu! Bagaimana bahagianya ayahmu!. 
Apakah kamu ingat ketika kamu di letakatan oleh Suster Indefi di atas ovent? Tatapanmu saat itu membuat ayahmu jantung berdebar! 
Apakah kamu ingat ayah mengendongmu pada jam 6 pagi 25 april 2016 ketika kamu mau mandi? 
Nak banyak ungkapan yang ayah ingin sampaikan namun maaf ayah tak bisa membendung air yang terus mengalir membasahi keyboard laptop ini.
Ayah hanya bisa menyampaikan Happy birthday Joses Samuel Wenda Nabire 24 April 2016- Jayapura 24 April 2017.



“ untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah kolong langit ini ada waktunya (Pgh. 3:1)

PERTEMUAN KEDUA SAHABAT

Selamat Datang
Pada mulanya ALLAH mencipatakan segala isinya. ALLAH mencitakan langit dan bumi, siang dan malam, cakrawala, air dan darat, tumbuh-tumbuhan, benda-benda penerang, segala jenis mahkluk hidup baik yang bersayap dan tidak, dan Manusia yang paling istimewa. 
ALLAH menetapkann mereka pada tempatnya msing-masing dan ALLAH berfirman kepada manusia bahwa engkau harus menjaganya dan memberikan nama bagi segala jenis tumbuhan dan hewan. Pada saat itu manusia melakukan dengan baik apa yang di perintahkan ALLAH kepada mereka. Mereka pun hidup bahagia, hidup berdampingan dengan segala ciptaan TUHAN yang ada pada saat itu.
Tetapi dengan keangkuhan manusia itu sehingga  mereka jatuh ke dalam dosa, dan hubunngan antara ALLAH dengan manusia terputus bahkan dengan segalah jenis tumbuhan dan hewaan pun demikin. 
Kau Melawan Selama 2 minggu
Manusia hidup dalam dosa, tetapi ALLAH mengasih mereka  sehingga Ia megirim anakNya kedunia dan menyerahkan nyawaNya untuk manusia. Manusia telah bebas dari dosa-dosa, hubungan manusiapun kembali dengan sang Pencipta, hooreee..... demikian kata firman Tuhan yang sering kita dengar dari kejadian sampai zaman injil YESUS KRISTUS. 
Mari  kita lihat kisah antara MERPATI dan SEMUT.
Pada suatu hari ada rombongan pemburu yang buas hendak, memasuki hutan yang lebat disana mereka ingin mencari mangsannya untuk dijadiikan santapannya. Mereka memasuki hutan itu dan mulai menncari mangsanya, berjalan bersama mengelilingi hutan itu tetapi apa yang terjadi?, mereka tidak menemukan satu ekor pun mangsa mereka. Tetapi mereka tidak putus asa, mereka pun mencari di sudut pohon, di dalamm gua pun mereka masuk, tapi mereka tidak mendapatkan mangsanya pula. Hari sudah siang terik matahari pun sampai cahayanya tembus menerobos pepohonan yang lebat itu, mereka lelah dan beristirat di sebuah pohon yang besar, mereka meminum air dan memakan bekalnya. 
Kebersamaan Sampai disini
Seusaai memikmati bekalnya mereka tertidur di bawah pohon itu, dan di saat itu juga burung merpati terbang ke arah pohon di mana si pemburu sedang beristirahat, saat burung itu terbang dan hingap di pohon itu, terdengarlah suara kepap sayapnya oleh si pemburu yang lain, saat merpati itu hinggap untuk hendak memasuki sarangnya, si pemburu ini mulai bangun dari tidurnya, menarik senapannya mulai ukur pada merpati itu saat hitungan ketiga untuk membidik merpati, ada seekor Semut yang naik di badan si pemburu itu lalu mengigitnya, sehingga bidikan si pemburu itu meleset pada merpati dari serangan si pemburu, merpati pun terbang jauh dan semut itu juga turun dari badan di pemburu itu lalu lari, nasip  si pemburu semakin sial pula. 
Selamat Jalan
Waktu sudah senja hari mulai malam dan si pemburu it bergegas untuk pulang. Merpati mendapatkan pertolongan dari se-ekor semut yang bijaksana. 
Hari mulai malam ,angin bertiup kencang langitpun gelap seakan badai datang segala mahkluk hidup masuk di sarang/rumah mereka untuk berlindug dari badai langit membunyikan drumnya, (guntur) petir mulai menyambar pemohonan dan banyak pohon yang jatuh akibat petir. 
Hujanpun turun, badai mulai datang  akibat petir sarang si semutpun jatuh ke tanah, hujan begitu deras sehingga  terjadilah banjir , rumah semut di bawa arus ke sungai yang besar, badai itu berlanjut hingga pagi. Rumah semutnya itu hanyut di sunggai yang besar, matahari mulai naik, tandanya badai telah berakhir namun semut mengalami masalah dalam dirinya ia terjebak  di sungai yang besar jauh dari daratan, semut itu pasrahkan dirinya, merasa sedih akan dirinya dan ribuan anak semut yang ada di dalam sarang itu.
Sampai Jumpa
Semutpun takut ia menjerit memintah tolong, ia berteriak sekuat tenaga berusaha untuk menyelamatkan diri tetapi tidak biasa, namun tanpa disadari merpati yang mana pernah ia tolong itu sedang terbang mengelilingi sungai itu, ketika ia melihat ada rumah/sarang semut itu merpati yang baik hati ini datang mengakat dengan cakar kakinya dan membawanya terbang tinggi ke pohon yang paling besar. 
Semut itu selamat dari ancaman maut, akhitnya keduanya menjadi sahabat. Tanpa di sadari bahwa dengan bangsa hewan yang berbeda meraka melakukan pekerjaan yang mulia, pelajaran serta panutan yang harus di ambil dari KEBIJAKSAAN si SEMUT dan KERENDAHAN, BAIK HATI si MERPATI.
KITAB KEJADIAN 1,2:1-31,1-25
AMSAL 6:6


BY: alm. Joses Samuel Wenda


RINDU SAHABATKU

Seorang sahabat, yang ku nantikan kehadirannya dalam kehidupanku pada tgl 25/06/2020  pukul 15: 30 itu, terasa hatiku berdebar bahagia, da...