Sabtu, 06 Desember 2014

Euforia atau semangat Rakyat Papua memperingati Hut West Papua ke 53


Ini komentar saya setelah membaca "euforia atau semangat" rakyat Papua Barat (merujuk rakyat di Provinsi Papua dan Papua Barat) merayakan HUT ke-53 lahirx embirio Negara Papua Barat, dan atas "digelar dan (masih) berlangsungnya" pertemuan tokoh2 politik di Port Villa, Vanuatu --saya akan menggunakan kata "simposium", walau ada juga yang menyebut Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT), pertemuaan pemimpin2 politik, pertemuaan tokoh2 Papua, dan bermacam-macam sebutan lainnya.
Tapi dalam pembahasa ini, hanya menyangkut euforia "dukungan" kepada simposium, dan relevansinya;
PERTAMA, saya melihat dukungan untuk simposium di Vanuatu datang dari berbagai kelompok (yang saya golongkan hanya empat);
(1). Kelompok mahasiswa di kota Jayapura dan luar Papua; +Dukungan pertama datang dari aksi demonstrasi damai yang dilakukan sekelompok mahasiswa Papua di Jayapura yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa, Pemuda, dan Rakyat Papua (GempaR); Gerakan ini terdiri dari mahasiswa2 berpikira lebih maju yang berasal dari Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen), Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Muhammadiyah Jayapura, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel Mandiri, Universitas Yayasan Pendididikan Islam (Yapis), Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Ottow Geisler, dan sejumlah kampus yang saya belum tahu; ++Dukungan datang juga dari Forum Mahasiswa Independen (FIM), dalam bentuk siaran pers dan diskusi2 secara kongkrit yang berkembang secara luas di media sosial; FIM merupakan "tempat belajar" sejumlah mahasiswa, dan kalau tak salah "kombatan" mahasiswa, yang masih terpanggil untuk eksis; +++Dukungan berikutnya datang dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), sebuah organisasi gerakan bagi kalangan mahasiswa di Jawa dan Bali; AMP pada 1 Desember melakukan aksi demonstrasi secara besar2an di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, dan sebelumnya dikabarkan melakukan dukungan dalam bentuk siaran pers dan diskusi2 internal di tiap Komite Kota;
(2). Kelompok gerakan pro-kemerdekaan sipil kota; +Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di tingkat pusat, dan di Kota Manokwari, Timika, Yahukimo, Nabire, Manokwari, Fak-Fak, Sorong, Sulawesi Utara (Manado), Merauke, Wamena, dan Yalimo; ++Kemudian kelompok gereja di Kota Jayapura, yakni, Benny Giay, dkk, melakukan diskusi di STT Walter Pos, Sentani, terkait buku tokoh terkemuka, dan tahanan politik Papua, Filep Karma; +++Juga aksi "kecil2" yang dilakukan kelompok Tapol/Napol di Taman Imbi, Jayapura, Papua, yang dikoordinir oleh Saul Bomay, Albert Kailele, dkk;
(3). Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB); Kelompok Goliat Tabuni melakukannya di Markas Tingginambut, Yogi, Cs, di Paniai, Kemong Cs di Nemangkawi, Timika, Terianos Satto Cs di Markas sendiri, dan hampir 24 Kodap melakukan upacara bendera seperti seruan Markas pusat, tapi saya tak mendapatkan update lanjutan terkait aksi2 upacara militer yang mereka lakukan -khususnya di sejumlah Kodap atau Markas yang belum saya sebutkan.
(4). Kelompok masyarakat internasional; Di laman Free West Papua Campaign yang anggotanya sedikit lagi mencapai 73ribu "pengguna FB", saya melihat dukungan tidak hanya datang dari Australia (sebagai pusat atau basis perjuangan Papua Merdeka, yang saya dengar di rayakan di hampir 10 kota), tapi datang juga dari San Fransisco (AS), Turki, Ghana, Timor Leste, Mlalaysia, Kuba, Karibati, Fiji, Papua New Guinea, Paris, Jerman, Afrika Selatan, Belanda, Vanuatu, India, dan sejumlah negara lainx; Suara Papua sempat merangkum sejumlah foto2 yang saya lihat cukup luar biasa; Di kelompok ini, mereka selain mendukung "Kemerdekaan" untuk Papua di hari HUT ke-53, rata2 mereka juga memberikan dukungan atas penyelenggaraan simposium: Bagi saya luar biasa, dan ini sebuah kemajuaan yang luar biasa di tingkat internasional. .
KEDUA, setelah melihat euforia dan semangat diseantor dunia, termasuk Indonesia, secara khusus di Paua, terkait penyelenggaraan simposiuam, maka;
(1). Para utusan dari Papua, maupun luar negeri yang hadir di simposium, harus tahu, bahwa dukungan dan semangat untuk sebuah penyatuaan sangat2 besar dikalangan rakyat Papua Barat, dan sayang, dan bahkan menyedihkan jika tak tercapai sebuah kesepkatan seperti yang diharapkan oleh seantoro rakyat Papua saat ini; Dalam beberapa komentar di media, saya menyimpulkan ada beberapa saran, +Tinggalkan ego dan kesombongan masing2 pimpinan politik, ++ Yang ingin merdeka adalah rakyat, bukan organisasi atau faksi2 perjuangan, +++Banyak yang telah menjadi korban di bahwa rezim yang bernama NKRI; ++++Kepada siapa lagi kita berharap jika para pemimpin politik tidak bersatu;
Bersatu memiliki ragam makna, +bersatu dalam sebuah 'wadah" atau "front" bersama, misalkan Presedium Dewan Papua (PDP) zaman alm. Theys, dkk, atau West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) sebelum Dewan Adat Papua (DAP), West Papua National Authority (WPNA) keluar -Kalau tidak salah, disaat itu ada 26 organ perjuangan bersatu di dalamnya -mohon koreksi kalau salah angka atau data. ++Atau bersatu dalam agenda, yakni, memiliki "stratak" sendiri, tapi bersatu dalam agenda2 tertentu (ini yang sering terlihat dalam dinamika gerakan di tanah Papua saat2 ini. +++Semua organ dan faksi2 dibubarkan, setelah itu membentuk front baru, yang dapat menggerakan "semua" kekuataan rakyat untuk maju bersama.
(2). Para utusan dan diplomat di Vanuatu harus tahu "Jokowi" saat ini menjadi "selebritis alis tokoh terkemuka" yang ditakuti, disegani, dan bahkan di sanjung dunia, termasuk sejumlah negara di Pasifik -misalkan PM PNG Peter O'neil datang bertemu Jokowi usai dilantk. Jokowi juga dalam poling majalah Time, mengalahkan Barack Obama, yang selalu ini tak tertandingi kepopulerannya oleh pemimpin2 politik di dunia; Jokowi juga "dihormat" kalangan akivis HAM di Jakarta, sebut saja KontraS dan Imparsial, di awal "mati2an" dukung Jokowo, tetapi Pollycarpus dibebaskan, maka ramai2 mengkritik (ini memang watak LSM yang rasis, dan tak memamhami HAM secara menyeluruh.
Nah, apa efek Jokowi terhadap "diplomasi" Papua, termasuk sepulang dari Vanuatu -terutama setelah membentuk payung penyatuan, (1). Meyakinkan saudara2 Melanesia akan menjadi pekerjaan rumah yang berat karena faktor Jokowi dianggap malaikat; (2). Meyakinkan negara2 di kawasan asia, terutama Tiangkok, dan Jepang yang menjadi sekutur terdekat Jokowi akan menyulitkan kita, karena mayoritas negara Asia memilik watak kapitalis yang sebenarnya justru lebih jahat dari negara2 Eropa, termasuk Amerika , (3). apalagi meyakinkan Amerika, dan negara2 Eropa, ini akan sangat berat; Kita dihadapkan pada sebuah pilihan, yang jika tak memilih, maka akan punah, jika memilih, akan menguras berbagai energi, waktu, dan tenaga.
KETIGA, untuk menjawab point 2, maka tidak ada car lain, rakya harus dibuat "sadar", rakyat harus dibuat mengerti, rakyat harus dibuat paham, kalau "penghisapan" yang "halus dan berwatak malaikat hanya akan melahirkan penindasan yang panjang; Kita, terutama para aktivis politik di dalam negeri, harus menyadarkan para pimpinan2 politik Papua, bahwa hanya kekuataan massa (dari berbagai klas perjuangan) yang bisa "mendobrak" semuanya, termasuk kepopuleran Jokowi sekalipun; Yang menumbahkan Suharto bukan senjata, tapi kekuatan "massa rakyat", yang menumbahgkan Sadam Hussein adalah kekuataan massa rakyat; Yang menumbangkan para diktator di seluruh dunia adalah "massa rakyat yang terorganisir, massa rakyat yang terdidik, dan massa rakyat yang tuntas memahami bentuk2 penjajah; Semakin kapitalisme merajelale, semakin pula akan "melemahkan" perjuangan, karena itu semua belum terlambat-walau keliatannya sudah sangat terlambat sekali. Dan tugas penting paling utama, adalah "menyadarkan" rakyat Papua sendiri, bahwa pace yang pakai baju kotak2 selama kampanye hanya akan "perpanjang" penderitaan kita diatas tanah air kita sendiri.
Ayo, mari tong baku kasi ingat, dan baku kasi masukan, agar kita punya kekuataan untuk melawan; Kekuataan untuk menumbangkan rezim yang sudah mengakar; Jika pulang dari Vanuatu deng bakalai lagi, maka sa tra tau, akan seperti hari depan BANGSA PAPUA BARAT.
Allah Ninom!

Tidak ada komentar:

RINDU SAHABATKU

Seorang sahabat, yang ku nantikan kehadirannya dalam kehidupanku pada tgl 25/06/2020  pukul 15: 30 itu, terasa hatiku berdebar bahagia, da...